Rabu, 31 Desember 2014


(Tugas) softskill Ilmu Sosial Dasar

Nama : Ricky Eka Saputra
NPM  : 19314260
Kelas : 1TA04




1.    Jelaskan mengapa di Indonesia terjadi pelapisan sosial yang sangat kentara, apa faktor yang menyebabkan hal tersebut ?

Pelapisan Sosial Masyarakat Indonesia

Pelapisan sosial merupakan kondisi dimana bagian individu-individu dari suatu masyarakat yang terdiri atas latar belakang yang sama akan saling berkumpul dan akan membentuk suatu kelompok masyarakat sendiri. Hal ini mengakibatkan akan munculnya suatu pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Pada hakikatnya manusia sebagai mahluk sosial, hal ini dirasakan wajar karena individu tentu akan lebih mudah bersama dengan yang memiliki kesamaan latar belakang dll.

Membicarakan tentang pelapisan sosial, bagi bangsa Indonesia hal tersebut bukan merupakan suatu hal baru. Jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya ketika agama Hindu-Budha pertama kali masuk ke Indonesia. Dalam agama Hindu sendiri dikenal dengan nama kasta. Dimulai kasta yang paling rendah yaitu sudra, waisya, ksatria dan kemudian brahmana. Pelapisan masayarakat ini sangat berpengaruh ke dalam tatanan kehidupan negara pada umumnya. Karena pelapisan sosial inilah cikal bakal terjadinya sistem perbudakan.

Seiring berjalannya waktu, pelapisan sosial ini masih juga ada di tengah-tengah masyarakat namun dengan gradasi yang lebih halus. Di agama pun sebenarnya sudah ada dalil “Derajat manusia di hadapan Tuhan adalah sama”, di UUD 1945 sudah banyak dicantumkan tentang kesamaan derajat. Namun sistem pelapisan sosial ini  sepertinya sudah mendarah daging di kalangan masayarakat. Ini karena terbentuknya pelapisan sosial pun ada yang terbntuk secara alami ataupun secara di sengaja. Alami atau bawaan disini contohnya yaitu pelapisan sosial berdasar umur. Karena umur juga, biasanya ada yang di tua-kan, dan mendapat tempat tersendiri di masayarakat. Yang kedua adalah karena dengan cara disengaja. Seseorang akan dipandang menjadi kalangan kelas atas jika dia mempunyai tingkat kekayaan atau jabatan yang lebih tinggi dari yang lain.




Faktor terjadinya pelapisan sosial

1.      Terjadi dengan sendirinya.
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena sifanya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pada pelaisan ini bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dimanapun sistem itu berlaku. Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada suatu strata tertentu adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.
2.     Terjadi dengan disengaja
Sistem palapisan ini disusun dengan sengaja ditujuan untuk mengejar tujuan bersama. Didalam pelapisan ini ditentukan secar jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaanini, maka didalam organisasi itu terdapat peraturan sehingga jelas bagi setiap orang yang ditempat mana letakknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam organisasi baik secar vertical maupun horizontal.sistem inidapat kita lihat misalnya didalam organisasi pemeritnahan, organisasi politik, di perusahaan besar. Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem ialah :
Ø  sistem fungsional
o   merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat, misalnya saja didalam organisasi perkantoran ada kerja sama antara kepala seksi, dan lain-lain
Ø  sistem scalar
o   merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal)


Sumber:





2.  Berikan contoh pelapisan sosial yg terjadi dan ada di sekitar kita


Salah satu contoh dari seseorang yang pernah tinggal di dalam  sel tahananan (BUI) mengalami hal yang sangat menyedihkan. Menurutnya di dalam tahanan lebih sadis dari pada berada di jalanan yang lebih banyak penjahat. Karena di dalam sel terdapat tingkatan – tingkatan yang terjadi , seharusnya mereka memiliki hak yang sama, tetapi bukan itu yang di dapat. Di dalam sel ada tingkat ter tinggi, yaitu untuk orang - orang yang mempunyai kekayaan yang berlebih, kelas menengah merupakaan kelas bagi orang –orang yang mempunyai kekuasaan yang besar di dalam tahanan (biasa kita sebut preman).

Sedangkan yang paling rendah adalah bagi orang – orang yang tidak mempunyai apa-apa atau orang biasa. Orang biasa inilah yang menjadi korban oleh orang – orang atau kelompok –kelompok yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan. Mereka sering disiksa, dipukuli, bahkan menjadin korban sodomi. Hal inilah yang terjadi akibat adanya stratifikasi sosial yang sebenarnya dapat di hilangkan dengan dibuatnya peraturan yang tegas. Bukan peraturan yang dapat dibeli atau dipermainkan.

Dari permasalahan di atas merupakan contoh akibat dari adanya suatu stratifikasi sosial yang terjadi di dalam tahanan / penjara. Yang merupakan salah satu dari stratifikasi sosial terbuka. Seharusnya hal tersebut tidak boleh terjadi di lembaga peradilan kita. Karena keadilan harus ditegakkan dan lembaga tersebut merupakan lembaga yang seharusnya ditegakkan bukaanya menjadi tempat untuk terbentuknya stratifikasi sosial di dalamnya. Oleh karena itu penegak hukum maupun hukum itu sendiri harus melakukannya dengan benar dan bertindak dengan jelas. 


Contoh yang lain dari pelapisan sosial adalah Kasus Ade Irma misalnya, setelah 2 tahun memperjuangkan haknya mendapatkan pelayanan kesehatan, oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo baru bisa menerimanya. Walau keberhasilannya itu, harus dibayar mahal dengan nyawanya yang tidak tertolong. Ade, satu diantara sekian banyak pemilik sah kartu keluarga miskin yang ditolak keluhan kesehatannya oleh rumah sakit. 
Risma Alfian, bocah pasangan Suharsono (25) dan Siti Rohmah (24), sudah empat belas bulan tergolek lemah di atas tempat tidurnya. Kepalanya yang terus membesar membuat Risma tidak bisa bangun. Sejak umur satu bulan, Risma sudah divonis terkena hydrocephalus (kelebihan cairan di otak manusia sehingga kepala penderita semakin besar).
Bidan tempatnya menerima imunisasi, meminta Risma segera menjalani operasi atas kelainan kepalanya itu. Operasi tidak serta merta bisa dilakukan lantaran butuh biaya yang begitu besar untuk mendanainya.
Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya dengan susah payah, juga tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma ditolak RSCM lantaran tidak indikasi untuk dirawat.

Dari contoh kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa Masyarakat kita sekarang ini tidak mampu berobat ke rumah sakit karena dirasakan biayanya sangat mahal. Pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin yang diselenggarakan oleh pemerintah pun belum menjangkau keseluruhan masyarakat.


Contoh terakhir Contoh kasus pelapisan sosial salah satunya adalah orang miskin atau tidak mampu di larang sekolah. musim baru pendidikan telah tiba membawa serta berbagai hal baru. Ada baju (seragam) baru, sepatu baru, kaus kaki baru dan tas baru. Juga ada topi baru, dasi baru dan tentu saja sederetan kebijakan baru, baik itu dari pemerintah, yayasan maupun sekolah. Namun yang lebih penting dari semuanya adalah semangat dan motivasi baru untuk mengefektifkan proses belajar-mengajar demi meraih sukses (gemilang) di musim UAN-UAS tahun 2011. Berhadapan dengan semua kebaruan ini sikap dan disposisi batin orangtua siswa tentu bervariasi. Bagi orangtua konglomerat dan pejabat birokrasi menghadapi musim baru pendidikan dengan label serba baru bukan masalah. Mereka dengan wajah sumringah memperlihatkan senyumnya yang tersungging bahagia. Biaya sekolah yang mahal bukan perkara yang sulit bagi mereka. Anak-anak mereka pun tampak riang dan ceria saban hari di sekolah.
Sambil duduk manis di dalam ruang kelas mereka menyimak dengan saksama semua yang diajarkan bapak-ibu guru. Sementara bagi orangtua pegawai biasa, yang ada pada mereka hanyalah semangat untuk membangun optimism dalam menata hari esok menjadi lebih baik. Anak-anak mereka umumnya menampakkan dua wajah sekaligus dalam interaksi sosialnya dengan teman-teman dan para guru di sekolah: kadang tampak girang, namun tidak jarang wajah mereka berbalutkan duka nestapa tatkala mengenang kembali kesahajaan hidup dan
kekurangmampuan orangtuanya yang sedang menantikan dengan rindu kedatangan mereka di rumah. Lantas, bagaimana dengan orangtua yang petani, tukang, buruh, wiraswastawan kecil dan profesi-profesi selevelnya? Diantara mereka ada yang masih dengan setia menyulam asa yang tersisa untuk menyiasati kemiskinan yang sedang menerpa mereka, kendatipun itu terasa berat. Kebanyakan mereka hanya pasrah sambil bergumam, "Selamat tinggal pendidikan, selamat tinggal sekolah. Jauhilah kami, sebab kami tidak mampu menggapaimu. Kami tidak sanggup menanggung mahalnya biaya pendidikan yang lahir dari rahim kebijakan para penguasa. Rangkullah erat-erat para konglomerat. Peluklah dengan mesra kaum kapitalis. Ziarah kami untuk melancong di rimba pendidikan berakhir di sini. Karena pintu sekolah hanya terbuka bagi orang kaya. Dan kami, orang miskin, dilarang sekolah." Tetapi ada juga yang dengan polos mendatangi para wakilnya di Dewan dan Pemerintah Kota untuk sekadar mengadu serentak memohon kalau dapat anak-anak mereka bisa diakomodir di sekolah negeri karena sekolah swasta semuanya mahal. Dan gayung pun bersambut, pemerintah (kota) akhirnya merestui tuntutan para orangtua dan berlakulah kebijakan penambahan ruang belajar baru di sekolah-sekolah negeri. BAHASAN kebijakan Pemerintah Kota menambah ruang belajar baru di sekolah-sekolah negeri tidak bermaksud untuk mematikan sekolah-sekolah swasta yang sedang eksis saat ini. Pemerintah kota hanya melaksanakan amanat undang- undang untuk membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat pencari pendidikan. Bahkan pemerintah berjanji akan membantu sekolah-sekolah swasta dengan menempatkan guru-guru negeri di sekolah swasta. Memang di mana mana orang miskin selalu kesulitan mendapatkan akses untuk menikmati pendidikan secara memadai karena mahalnya biaya yang tidak terjangkau, terutama di sekolah-sekolah swasta. Mereka memilih tidak akan menyekolahkan anak- anaknya di sekolah swasta apabila sekolah negeri tetap ngotot menolak anak-anak mereka. "Anak saya sudah putus asa, dia tidak mau sekolah, apalagi di sekolah swasta” kata salah seorang buruh. Lagi-lagi, sekolah swasta diidentikkan dengan biaya mahal. Dan kemahalan selalu menjadi momok yang menakutkan para orangtua siswa. Karenanya perlu diwacanakan untuk dipertimbangkan dalam bingkai kebijakan pemerintah
bersama yayasan.

Sumber :




Selasa, 25 November 2014

Salesman
Tanggal
Nama Barang
Jumlah
Harga
Total
1
Firman
01/01/2010
Kertas HVS F4
5
30000
150000
2
Firman
01/01/2010
Trigonal Clip
10
16000
160000
3
Agus
01/01/2010
Clear Holder Isi 20 Lbr
7
8000
56000
4
Wulan
01/01/2010
Ordner Kertas Folio
5
72500
362500
5
Wulan
01/01/2010
Kertas HVS A4
8
28500
228000
6
Firman
03/01/2010
Pita Mesin Tik
1
8000
8000
7
Dinu
03/01/2010
Spidol Kecil
10
8500
85000
8
Dinu
04/01/2010
Pita Mesin Tik Elektrik
2
25000
50000
9
Rahmat
05/01/2010
Stapler HD 10
3
6500
19500
10
Wulan
05/01/2010
Buku Block Note
6
2500
15000
11
Firman
05/01/2010
Spidol Kecil
3
8500
25500
12
Firman
05/01/2010
Trigonal Clip
10
16000
160000
13
Citra
06/01/2010
Kertas Buram F4
10
9500
95000
14
Citra
07/01/2010
Pita Mesin Tik
5
8000
40000
15
Citra
08/01/2010
Pita Mesin Absensi
5
75000
375000
16
Citra
08/01/2010
Kertas HVS A4
2
28500
57000
17
Agus
08/01/2010
Clear Holder Isi 20 Lbr
10
8000
80000
18
Citra
10/01/2010
Pita Mesin Tik Elektrik
5
25000
125000
19
Citra
10/01/2010
Stapler HD 10
3
6500
19500
20
Citra
10/01/2010
Spidol Kecil
7
8500
59500
21
Dinu
10/01/2010
Kertas Buram F4
5
9500
47500
22
Wulan
10/01/2010
Pita Printer
2
27500
55000
23
Wulan
11/01/2010
Ordner Kertas Folio
2
72500
145000
24
Firman
12/01/2010
Buku Block Note
10
2500
25000
25
Wulan
12/01/2010
Pita Mesin Tik
3
8000
24000
26
Wulan
12/01/2010
Tipp-Ex Correction Pen
5
15000
75000
27
Dinu
12/01/2010
Stapler HD 10
2
6500
13000
28
Rahmat
12/01/2010
Kertas HVS F4
2
30000
60000
29
Dinu
14/01/2010
Spidol Kecil
10
8500
85000
30
Firman
15/01/2010
Pita Mesin Tik Elektrik
5
25000
125000
31
Agus
15/01/2010
Trigonal Clip
10
16000
160000
32
Dinu
16/01/2010
Spidol Kecil
7
8500
59500
33
Agus
16/01/2010
Pita Mesin Tik
5
8000
40000
34
Agus
16/01/2010
Kertas HVS A4
10
28500
285000
35
Rahmat
16/01/2010
Kertas HVS F4
10
30000
300000
36
Agus
17/01/2010
Stapler HD 10
20
6500
130000
37
Citra
17/01/2010
Spidol Kecil
8
8500
68000
38
Wulan
17/01/2010
Kertas HVS F4
4
30000
120000
39
Dinu
17/01/2010
Pita Mesin Tik Elektrik
4
25000
100000
40
Wulan
17/01/2010
Stapler HD 10
2
6500
13000
41
Rahmat
17/01/2010
Kertas Buram F4
8
9500
76000
42
Agus
18/01/2010
Pita Printer
3
27500
82500
43
Dinu
19/01/2010
Trigonal Clip
5
16000
80000
44
Firman
20/01/2010
Kertas HVS F4
7
30000
210000
45
Wulan
20/01/2010
Kertas HVS F4
7
30000
210000
46
Agus
21/01/2010
Pita Printer
2
27500
55000
47
Citra
22/01/2010
Clear Holder Isi 20 Lbr
5
8000
40000
48
Dinu
22/01/2010
Pita Mesin Tik Elektrik
5
25000
125000
49
Agus
23/01/2010
Stapler HD 10
3
6500
19500
50
Wulan
23/01/2010
Pita Printer
2
27500
55000
51
Wulan
23/01/2010
Kertas HVS A4
9
28500
256500
52
Firman
24/01/2010
Pita Printer
3
27500
82500
53
Firman
25/01/2010
Kertas Buram F4
5
9500
47500
54
Wulan
25/01/2010
Clear Holder Isi 20 Lbr
5
8000
40000
55
Agus
25/01/2010
Kertas HVS A4
8
28500
228000
56
Firman
26/01/2010
Kertas Buram F4
8
9500
76000
57
Citra
26/01/2010
Ordner Kertas Folio
2
72500
145000
58
Citra
26/01/2010
Trigonal Clip
10
16000
160000
59
Wulan
26/01/2010
Spidol Kecil
9
8500
76500
60
Wulan
26/01/2010
Kertas HVS A4
5
28500
142500
61
Citra
27/01/2010
Kertas HVS A4
50
16000
800000